Langsung ke konten utama

Mengetahui Sejarah dan Monumen ASEAN di Taman Suropati

Tidak hanya sekadar berkunjung kita juga akan mendapatkan informasi di Taman Suropati ini.  Taman yang letaknya di Menteng, Kota Jakarta Pusat ini awalnya bernama Burgemeester Bisschopplein. Burgemeester Bisschopplein diambil dari nama Walikota (Burgemeester) Batavia pertama yaitu GJ Bisschop (1916-1920).

Pada mulanya taman ini hanya berbentuk bukit, tetapi kemudian dipangkas dan sebagian tanahnya dibuang ke Jl. Baesuki. Sejak tahun 1920 lapangan ini mulai ditanami tanaman dan berganti nama menjadi Taman Suropati. Tak banyak orang tahu bahwa nama Taman Suropati tersebut diambil dari nama pahlawan nasional Indonesia bernama Untung Suropati.

Dijadikan pahlawan nasional Indonesia karna perjuangannya melawan kolonialisme VOC dan kisahnya  yang melegendaris dari  seorang anak rakyat jelata hingga menjadi seorang bangsawan seperti Bupati. Siapa yang tahu bahwa Taman Suropati menjadi salah satu objek yang penting di Jakarta karena terdapat enam Monumen ASEAN di sana. Monumen-monumen tersebut dibuat oleh masing-masing seniman dari enam negara pendiri ASEAN. 

Seniman perancang monumen itu adalah Lee Kian Seng, asal Malaysia yang membuat monumen simbol “Perdamaian, Harmonis, dan Bersatu.”, Wee Beng Chong, asal Singapura yang membuat monumen simbol “Semangat ASEAN.”,  Sunaryo, asal Indonesia yang membuat monumen simbol “Perdamaian.”, Nothivathn Chandhanapalin, asal Thailand yang membuat monumen simbol “Persaudaraan.”, Awang HJ Latirf Aspar, asal Brunei Darussalam yang membuat monumen simbol “Keharmonisan.”, Luis E. Yee Jr. Asal Filipina yang membuat monumen simbol “Kelahiran Kembali.”

                                                                          

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[New World] - neue Realität

Matahari tak pernah terbit dari barat. Dan bulan tetap menghiasi malam. Bumi terus berputar. Dan tak pernah kehilangan waktu. Waktu adalah teman perjalanan. Perjalanan menuju pulang. Terkadang, pagi merasa bahagia, Malam hari menjadi buruk. Esoknya menjadi ketakutan, Walau kemarin merasa damai. Apakah hari-hari itu terus bergulir? Dan, apakah hari ini kamu nantikan? Mungkin itu dunia barumu.

[New World] - Um Mitternacht, die voll ist

Hidup terkadang membosankan, tapi sulit untuk tetap hidup di dalamnya. Orang dewasa cukup sulit dimengerti, dan cukup melelahkan menjadi mereka. Khawatir membuat sebagian saraf di otak menjadi tegang, deretan gigi menjadi kaku dan dipenuhi rasa ngilu.  Sepanjang hidup hanya terus bertanya-tanya, kenapa?  apa baiknya terus bertanya dari pada menerimanya? Kenyataannya, kita berjuang untuk diri kita sendiri.  Sendiri itu benar-benar menyakitkan. Mengerti, bahwa cepat atau lambat segala sesuatu hal berlalu dan hal lain akan datang. Tetapi, mengapa kekhawatiran tak pernah berlalu?