Letnan Jendral KKO (Purn.) Ali Sadikin merupakan mantan gurbernur DKI Jakarta ke-7 yang dipilih langsung oleh Presiden Suharto pada tanggal 28 April 1966 di Istana Negara. Pelantikan Ali Sadikin berdasarkan Keputusan Presiden Nomer 86 Tahun 1966. Dalam keputusan tersebut, ia yang juga merupakan anggota staf Waperdam Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan dipandang cakap dan memenuhi syarat-syarat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Ali Sadikin adalah seorang yang
berjasa dalam pembangunan Ibukota Jakarta dengan ketangguhan dan
kepemimpinannya. Salah satu buah pemikirannya yang kini diadopsi Bank dunia
adalah cara dia menjalankan kepemimpinannya yang menuai kritik dan
kontroversional.
Ali Sadikin, di hari pertama memimpin
Jakarta hanya diberi anggaran belanja sebesar 66 juta selama setahun.
Perhitungan anggarannya, 1/3 hasil pemungutan daerah dan 2/3-nya dari subsidi
pemerintah. Saat itu penduduk Jakarta berkisar 3,6 juta orang dan akan terus
mengalami peningkatan urbanisasi.
Ia kemudian menyuruh dinas perpajakan kota untuk belajar komputer ke Belanda. Tujuannya adalah untuk menaikan pendapatan pajak, karena dengan anggaran belanja tersebut tidak dapat menjangkau permasalahan dan rencana-rencana yang ingin Ali Sadikin lakukan.
Selain menyuruh dinas perpajakan kota
bejalar, ada satu kebijakan kontroversional yang berbeda dalam menjalankan
kepemerintahan Ali Sadikin. Dengan cara mengembangkan hiburan malam dan
melegalkan perjudian di Jakarta melalui hukum payung Undang-Undang Nomer 11 Tahun
1957 yang memungkinkan Pemerintah Daerah memungut pajak sebagai bentuk
perizinannya.
Oleh karena kebijakan itu, Ali Sadikin
dikritik keras oleh masyarakat. Ia dikritik menjadi gurbernur judi dan
gurbernur yang maksiat. Namun Ali Sadikin menganggap bahwa setiap kritik mempunyai
maksud dan tujuan yang baik. Ia menganggap baik kritikan itu, dengan maksud
jangan sampai Jakarta menjadi kota maksiat.
Dengan uang judi senilai Rp 20 miliyar,
Ali Sadikin dapat membangun 700 gedung sekolah sampai dengan tahun 1974. 2500
bus , 50 lapangan terbuka, 7 lapangan tenis, 4 kolam renang, 25 lapangan
basket, 12 gelanggang olahraga, 130 gedung bioskop dari total 40 bioskop, 243
pusekesmas di setiap kelurahan, membangun 1977 masjid dari total 600 masjid,
dan 4500 mushola dari total 3500 mushola.
Ia juga membuat Taman Hiburan Rakyat
(RTH) Ria Anak Monas yang merupakan pengganti Taman Ria Senen yang runtuh
akibat huru-hara Malara pada Januari 1974 dan orang yang membuat Taman Ria
Remaja atau yang sekarang biasa dikenal Senayan
Park.
Ali Sadikin selama masa jabatannya
banyak melakukan perubahan besar-besaran, seperti mendirikan Perhimpunan Donor
Darah Jakarta, Palang Merah Remaja (PMR) guna meningkatkan kesadaran remaja,
membangun Taman Ismail Marzuki (TIM) karena kecintaannya terhadap seni dan
seniman-seniman Indonesia, mendirikan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang
lulusannya diharapkan mengisi ruang kreatif melalui gelanggang-gelanggang
remaja di tiap Kota Madya, mendirikan taman hiburan Ancol, Kebun Binatang, Jakarta Fair, Pencetus Majalah Tempo,
dan mendirikan Convention Hall
pertama di Jakarta.
Dengan segala pencapaian, Ali Sadikin
mendapat penghargaan atas jasanya membangun Jakarta oleh Bank Dunia. Bahkan
kebijakannya telah diadopsi oleh Bank
Dunia. Ia juga menerima Ramon Magsaysay Award dari Yayasan Ramon Magsaysay
berupa penghargaan dan cek, menerima penghargaan Akedemik Jakarta, dan
penghargaan LIPI atas peranannya dalam pengembangan Ilmu pengentahuan dan
teknologi.
Masa jabatannya berahkir pada tahun
1977 dan digantikan oleh Letjen Jendral TNI (Purn.) Tjokokropranolo. Ali
Sadikin kemudian tutup usia pada tanggal 20 Mei 2008 umur 80 tahun di
Singapura.
Komentar
Posting Komentar